Feeds RSS
Feeds RSS

Kamis, 27 Agustus 2015

GERAK MOTORIK AUD





Anak main lumpur, ibu berteriak “jangan”...
Anak main pasir, ibu berteriak “jangan”...
Anak lari-larian, ibu berteriak “jangan”...
Berbagai alasan dari kotor, jorok, takut jatuh apakah itu mendidik?
Orangtua menginginkan anaknya menjadi sosok yang mandiri, sehat, pertumbuhan fisiknya kuat dan semua aspek perkembangannya tumbuh pesat tetapi tidak memberikan ruang kepada anak untuk mencoba? Hal ini sama dengan tidak.
“A child with a tall, muscular bodyten to move more quickly and acquire certain skill earlier than a short, stocky youngster. And as in other domain, parent and teachers probably provide more encouragement to child with biologicall based motor-skill advantages.” -Laura E. Berk-
Biarkan anak bergerak dan tumbuh sewajarnya sesuai tahap perkembangannya. Misalkan dengan cara memberikan kesempatan dan ruang gerak untuk anak dalam bermain. Bermain disini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar maupun halusnya dengan cara yang tidak mereka sadari. Contohnya pada anak usia 3-4 tahun yaitu bermain lumpur maupun pasir dapat bermanfaat untuk pekembangan motorik halus anak. Sedangkan berlari-lari, melompat, lempar tangkap bola dapat melatih motorik kasarnya. Untuk itu orangtua maupun guru harus lebih memperhatikan perkembangan motorik dasar anak baik secara biologis maupun jenis kelamin serta pemenuhan kebutuhan gizi yang cukup dalam membantu pertumbuhan anak sehingga anak mendapatkan stimulus yang tepat dalam mencapai keterampilan tertentu sejak dini.


Selasa, 25 Agustus 2015

BERMAIN PADA ANAK USIA DINI

Bermain merupakan kegiatan untuk mengeksplore diri berupa kegiatan yang menyenangkan dan menggembirakan. Bermain erat kaitannya dengan dunia anak yang mana dunia anak adalah bermain, jadi bermain merupakan kegiatan pokok dan penting untuk anak. Bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Dengan bermain, secara alami kreatifitas anak akan terasah. Kreatifitas sangat penting dikembangkan agar anak mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Apabila  kreatifitas anak sudah dikembangkan sejak dini, maka anak akan siap menghadapi masa depannya. Kreatifitas ini bersifat kekal apabila dari kecil atau dari usia dini anak sudah kreatif maka kreatifitas tersebut akan tetap ada hingga usia dewasa tergantung stimulus yang ia terima. Masa usia 0-6 tahun merupakan masa yang penting bagi anak karena pengalaman pertama seorang anak merupakan pengalaman paling penting dari seluruh hidupnya. Artinya, sejauh mana ia dapat berfungsi optimal, tergantung dari pengalaman yang diperolehnya selama anak usia 0-6 tahun.
Adapun 4 jenis main pada anak usia dini, yaitu:
1.    MAIN SENSORIMOTOR/ FUNGSIONAL
Permainan yang dilakukan oleh anak dengan memanfaatkan keterampilan seluruh panca inderanya. Perminan sensori motor ini bertujuan untuk memberikan rangsangan secara terus menerus menggunakan seluruh panca inderanya agar potensi anak dapat berkembang secara optimal.
2.    MAIN  PERAN
a.    Main peran makro
Permainan dengan anak sebagai tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran.
Contoh: memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan atau benteng.
b.    Main peran mikro
Permainan dengan menggunakan alat permainan berukuran kecil. Pada permaian mikro ini anak menggunakan imajinasinya dalam menjalankan alat permainan. Pada permainan ini anak memainkan peran melalui tokoh yang diwakili oleh benda-benda kecil.
Contoh :   Rumah boneka; perabotan dan ruang, Kereta api; rel, lokomotif dan gerbong-gerbongnya, Bandar udara; pesawat dan truk-truk, Kebun binatang; boneka-boneka binatang liar, Jalan-jalan kota; jalan, orang dan mobil

3.    MAIN PEMBANGUNAN
Permainan yang mengembangkan ide-ide abstrak menjadi karya dalam wujud yang konkrit. Permainan ini bertujuan untuk merangsang kemampuan anak mewujudkan pikiran, ide, dan gagasannya menjadi karya nyata. Ketika anak bermain pembangunan, anak terbantu mengembangkan keterampilam koordinasi motorik halus juga berkembangnya kognisi ke arah berpikir operasional, dan membangun keberhasilan sekolah di kemudian hari. Contoh bahan main berupa bahan bersifat cair dan pembagunan yang terstruktur, seperti balok unit, balok berongga, balok berwarna, logo, puzzle, cat, pulpen hingga pensil.

4.    MAIN DENGAN ATURAN
Dalam kegiatan bermain perlu diadakan kesepakatan aturan permainan sehingga permainan dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa mengganggu teman yang lain.
Perlu juga diperhatikan mengenai penataan bahan main yang harus mendukung perkembangan anak usia dini, antara lain sebagai berikut:
a.    Densitas Main
Berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk mendukung pengalaman anak yaitu:
1)    Keragaman bahan main
2)    Keragaman cara main
3)    Keragaman penggunaan
Setiap anak memiliki kesempatan bermain di tiga tempat main. Tiga kesempatan main tersebut bertujuan untuk:
1)     Menjaga anak tetap fokus pada program
2)     Memfasilitasi kebutuhan gerak anak
3)     Melatih anak menentukan kebutuhan sendiri
4)     Menyerap minat, perkembangan, dan enerji anak
5)     Menghindari masalah perilaku 

b.    Intensitas Main
Intensitas main pada anak usia dini meliputi penataan kegiatan main di dalam dan di luar ruangan. Kegiatan main di luar merupakan perluasan area main di dalam ruangan.
c.    Perkembangan Anak
Dalam bermain hendaknya alat permainan yang digunakan menggunakan APE (alat permaiann edukatif) yang menarik, aman dan mendukung perkembangan anak.
d.    Perilaku Sosial
Dalam kegiatan bermain, anak akan bertemu dengan banyak teman orang, baik orang dewasa, teman sebaya, guru orangtua maupun yang lain. Dalam kegiatan bermain ini, anak diberikan kesempatan untuk bersosialisasi. Meskipun dalam kegiatan bermain, anak kan sibuk sendiri dengan mainannya namun  ia harus tetap selalu menjadi bagian dari kelompok dalam pengawasan. Adanya interaksi anak dengan orang lain, akan membantu anak dalam beradaptasi dengan dunianya kelak. Adapun penataan tempat main yang harus mendukung perilaku sosial anak, yaitu:
1)     Main sendiri
2)     Main berdampingan
3)     Main bersama
4)     Main bekerjasama
Lingkungan untuk anak usia dini seharusnya direncanakan dengan memperhatikan pengelompokan dan penataan bahan main, penggunaan warna, penataan alat dan perabot, dan jumlah serta jenis bahan main yang dipilih. Selain itu bahan-bahan main seharusnya ditata dalam rak dan wadah yang diberi nama dengan kata dan gambar. Bila lingkungan ditata dengan baik, anak dapat menata kembali, dengan mengelompokkan dan mencocokkan bahan-bahan main pada tempatnya yang tepat. Hal ini  merupakan bagian utama dari pengalaman belajar.

EMPAT TAHAP UNTUK PIJAKAN PENGALAMAN MAIN YANG BERMUTU
CCCRT (1999)
1.    Pijakan Lingkungan Main
a.     Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang   cukup (tiga tempat main untuk setiap anak)
b.     Merencanakan untuk intensitas dan densitas pengalaman
c.      Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main yaitu sensorimotor, pembangunan dan main peran.
d.     Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan
e.     Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif
2.    Pijakan Pengalaman Sebelum Main
a.    Membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau mengundang nara sumber.
b.    Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung standar kinerja.
c.    Memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan.
d.    Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main.
e.    Menjelaskan rangkaian waktu main.
f.     Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial.
g.    Merancang dan menerapkan urutan transisi main
3.    Pijakan Pengalaman Main   Setiap Anak
a.    Memberikan anak waktu untuk mengelola dan meneliti  pengalaman main mereka.
b.    Mencontohkan komunikasi yang tepat
c.    Memperkuat dan memperluas bahasa anak
d.    Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan   hubungan teman sebaya
e.    Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak
4.    Pijakan Pengalaman Setelah Main
a.    Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya.

b.    Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar positif melalui pengelompokan, urutan, dan penataan lingkungan main secara tepat.

ULASAN ARTIKEL PEMBELAJARAN E-LEARNING DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

ULASAN ARTIKEL
PEMBELAJARAN E-LEARNING DAN KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS SISWA
Oleh: Lusdiana Saehana, S.Pd.,M.Pd

Artikel pembelajaran e-learning dan keterampilan berpikir kritis siswa ini membahas mengenai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi berupa metode e-learning untuk meningkatkan keterampilan berfikir kritis pada anak didik. Hal ini dikarenakan perkembangan zaman yang menuntut terciptanya masyarakat yang berpengetahuan, memiliki keterampilan melek e-learning dan media TIK, memiliki keterampilan berpikir kritis, memiliki keterampilan memecahkan masalah, memiliki keterampilan berkomunikasi efektif dan memiliki keterampilan bekerjasama secara kolaboratif. Sedangkan fenomena yang terjadi pada masyarakat saat ini, bahwa pendidikan masih menggunakan paradigma lama, salah satunya yaitu pembelajaran masih menggunakan sistem teacher center sehingga keterampilan anak dalam berfikir kritis dan kreatif tidak terbangun. Sehingga terciptalah generasi yang bermental lemah, merusak sumber daya yang telah ada sebagai contoh dalam pembelajaran, ketika anak telah disediakan berbagai media untuk menunjang pembelajarannya seperti komputer maka masih terdapat banyak anak yang menyalahgunakannya. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sejatinya sangat membantu manusia dalam melaksanakan kegiatan di kehidupannya.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai media pembelajaran baik berupa modul cetak, modul interaktif, ataupun e-learning dapat membantu pendidik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. E-learning adalah suatu usaha transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah atau perguruan tinggi ke dalam bentuk digital dengan menggunakan teknologi internet. Metode pembelajaran e-learning dapat melibatkan siswa secara aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran bersifat student center yang sangat bermanfaat untuk anak yaitu melalui pembelajaran berbasis student center maka anak akan mendapatkan pengetahuannya sendiri melalui pengalamannya sendiri dalam kegiatan eksperimen dan eksplorasi. Pemerolehan pengetahuan yang didapat dari eksperimen dan eksplorasi akan lebih tertanam pada memori anak, sehingga materi pembelajaran akan dimengerti betul oleh anak dan anak dapat mengembangkannya dalam pemikiran yang lebih kritis. Adapun indikator berpikir kritis dibagi menjadi lima kelompok yaitu:
1)     Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification).
2)     Membangun keterampilan dasar (basic support).
3)     Membuat inferensi (inference).
4)     Membuat penjelasan lebih lanjut.
5)     Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics)
Keterampilan berfikir kritis ini dapat dikembangkan melalui metode e-learning dikarenakan metode e-learning menyediakan sumber belajar yang lebih banyak dan beragam serta mudah dalam mengakses tautan ke laman web, sehingga anak lebih tertarik dan termotivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikannya dengan menggunakan fasilitas internet. Pada metode pembelajaran e-learning juga terdapat fasilitas chatting dan forum belajar yang dapat dimanfaatkan anak dalam proses pembelajaran sehingga anak lebih aktif dalam diskusi dengan temannya. Adanya e-learning dapat berfungsi untuk membantu terjadinya proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. ­
E-learning dapat berjalan dengan baik yaitu dengan adanya pemanfaatan sumber belajar dengan baik, seperti komputer yang telah dilengkapi dengan jaringan internet dengan koneksi yang telah ditentukan oleh pihak sekolah, sehingga anak-anak atau peserta didik tidak menyalah gunakan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang tekah disediakan pihak sekolah. Adapun elemen-elemen dalam pembelajaran e-learning, diantaranya yaitu:
a)     Soal-soal, materi dapat disediakan dalam bentuk modul, adanya soal-soal yang hasil pengerjaannya dapat ditampilkan.
b)     Komunitas, para siswa dapat mengembangkan komunitas online untuk memperolah dukungan dan berbagai informasi yang saling menguntungkan.
c)     Pengajar online, para pengajar atau guru selalu online untuk memberikan arahan kepada siswa, menjawab pertanyaan dan membantu dalam diskusi.
d)     Kesempatan bekerja sama, adanya perangkat lunak yang dapat mengatur pertemuan online sehingga belajar dapat dilakukan secara bersamaan tanpa kendala jarak.
e)     Multimedia, penggunaan teknologi audio dan video, dalam penyampaian materi sehingga menarik minat dalam belajar.


Berdasarkan paparan artikel ini, saya berharap bahwa bukan saja siswa atau anak yang harus melek terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tetapi guru atau pendidik juga harus lebih melek dan paham akan penggunaan, manfaat, bahaya maupun solusi dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini. Sebagai contoh ketika pihak sekolah telah bersepakat untuk menyediakan fasilitas komputer beserta jaringannya sebagai upaya untuk membantu peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, maka guru ataupun pendidika harus menyiapkan antisipasi penyalahgunaan media tersebut. Sehingga tujuan dan harapan lembaga pendidikan maupun pemerintah untuk menciptakan anak didik yang memiliki keterampilan melek terhadap media TIK, keterampilan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berkomunikasi efektif dan keterampilan bekerjasama secara kolaboratif dapat tercapai dengan baik.