Feeds RSS
Feeds RSS

Selasa, 01 September 2015

PENTINGNYA ALAT PERMAINAN EDUKATIF BAGI PAUD





A: Sekolah TK mah ga perlu, apalagi playgroup.
B: Kenapa?
A: Di TK maupun playgroup isinya main-main aja.

Sangat disayangkan sekali apabila masyarakat masih memiliki mainset bahwa pendidikan anak usia dini tidak penting karena kegiatannya hanya bermain. Perlu dikatahui bahwa bermain merupakan kegiatan belajar yang tidak disadari oleh anak. Melalui bermain seluruh aspek perkembangan anak dapat dikembangkan. Mengapa di lembaga PAUD baik di luar maupun didalam ruang kelas selalu banyak mainan?
Nah, mainan tersebut adalah sarana atau media pembelajaran untuk perkembangan anak. Media pembelajaran merupakan peralatan sebagai media untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Pesan yang disampaikan adalah isi pembelajaran dalam bentuk tema/ topik pembelajaran saat itu. Dalam arti lain media pembelajaran dapat berupa alat permainan yang bersifat edukatif baik didalam maupun luar lingkungan sekolah. Kenapa menggunakan mainan? Karena yang dibutuhkan oleh anak usia dini adalah bukan dijejali teori mengenai bagaimana cara membaca, menilis maupun berhitung melainkan pembelajaran yang menyenangkan tanpa beban. Bagaimana cara mengenalkan dan menerapkan konsep baik angka maupun huruf pada anak merupakan tugas guru yang dapat dilaksanakan menggunakan media APE (Alat Permainan Edukatif) yang dalam pelaksanaannya dilakukan tanpa disadari oleh anak yaitu dengan cara bermain. Sehingga tidak menimbulkan tekanan pada anak. Selain itu adanya mainan-mainan tersebut dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuannya baik dalam konsep matematika dasar, kognitif, psiokomotor, bahasa maupun moral dan sosial melalui kegiatan eksperimen dan eksplorasi. 
Ciri-ciri media pembelajaran yaitu:
- Media pembelajaran identik dengan alat peraga langsung dan tidak langsung
- Media digunakan dalam dalam proses komunikasi pembelajaran
- Merupakan alat yang efektif dalam pembelajaran
- Memiliki muatan normatif bagi kepentingan pendidikan
- Erat kaitannya dengan metode mengajar maupun komponen- komponen sistem pembelajaran lainya.

Adapun fungsi media pembelajaran yaitu:
- Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak
- Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar
- Menampilkan objek yang terlalu besar
- Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
- Memungkinkan anak berinteraksi langsung dengan lingkungan.
- Memungkinakan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajr pada masing- masing anak.
- Membangkitkan motivasi belajar anak
- Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
- Menyajikan pesan atau info  belajar secara  serempak bagi seluruh anak
- Memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses pembelajaran
- Mendorong motivasi belajar
- Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan
- Menambah variasi dalam menyajikan materi
- Memberikan pengalaman , memeberikan wawasan yang lebih luas
- Mencegah terjadinya verbalisme
- Dapat menimbulkan semangat pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih hidup.
- Informasi sangat membekas, tidak mudah lupa
- Dapat mengatasi pengalaman yang berbeda.

Media pembelajaran juga memiliki jenis dan karakteristik, yaitu:
- Media Visual, terbagi menjadi dua yaitu visual yang diproyeksikan dan visual yang tidak diproyeksikan
- Media Audio
- Media Audio-visual

Bagi guru maupun pihak lembaga pendidikan anak usia dini, perlu diketahui bahwa dalam memilih media pembelajaran perlu memperhatikan perencanaan dan kriteria pemilihan media pembelajaran, yaitu:
- Perencanaan pemilihan media pembelajaran
- Perencanaan pembelajaran di TK/ PAUD
- Sasaran belajar yaitu anak
- Tingkat keterbacaan media apakah sudah memenuhi syarat teknis spt kejelasan, ukuran, pengaturan warna.
- Kesesuaian dengan situasi dan kondisi tempat , seperti luas lahan, lingkungan lembaga, dan sumberdaya masyarakat di sekitar lembaga.
- Objektivitas harus terhindar dari pemilihan media yang didasari oleh kesenangan pribadi semata.

Kriteria pemilihan media pembelajaran:
- Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
- Dukungan terhadap bahan pembelajaran
- Kemudahan memperoleh media
- Keterampilan guru dalam menggunakanya
- Tersedianya waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.
- Sesuai dengan tahapan perkembangan anak

Nah, apa itu APE yang sering disebut-sebut oleh guru maupun praktisi PAUD?
Menurut Mayke Sugianto, T (1995) bahwa alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Alat permainan  tersebut dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak TK. Untuk mengetahui secara jelas apa itu APE, maka perlu diketahui ciri-cirinya sebagai berikut, yaitu:
- Ditujukan untuk anak usia dini (0-6 tahun)
- Berfungsi mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini
- Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk, dan dengan berbagai macam tujuan yaitu mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak serta multifungsi.
- Aman bagi anak.
- Menarik bagi anak.
- Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas
- Bersifat konstruktif, ada sesuatu yang dihasilkan.

Selain ciri-ciri diatas, APE dapat digunakan dalam pendidikan anak usia dini apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
SYARAT UMUM
- Menumbuhkan minat anak untuk bermain
- Memiliki keindahan baik bentuk dan warna
- Bahan untuk alat peraga/bermain mudah didapat dan diolah
- Aman dalam penggunaan
- Sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia TK
- Mudah dalam perawatan
SYARAT KHUSUS
- Syarat Edukatif
- Syarat Teknis
- Syarat Estetika

Dalam pembuatan APE (Alat Permainan Edukatif) terdapat prosedur pembuatannya yaitu sebagai berikut:



Dengan demikian mudah-mudahan lebih jelas dan dapat dipahami mengapa di lembaga PAUD terdapat banyak mainan dan kegiatannya tidak terlepas dari kegiatan bermain. Let’s do the best for your children with a good early childhood education.

Kamis, 27 Agustus 2015

GERAK MOTORIK AUD





Anak main lumpur, ibu berteriak “jangan”...
Anak main pasir, ibu berteriak “jangan”...
Anak lari-larian, ibu berteriak “jangan”...
Berbagai alasan dari kotor, jorok, takut jatuh apakah itu mendidik?
Orangtua menginginkan anaknya menjadi sosok yang mandiri, sehat, pertumbuhan fisiknya kuat dan semua aspek perkembangannya tumbuh pesat tetapi tidak memberikan ruang kepada anak untuk mencoba? Hal ini sama dengan tidak.
“A child with a tall, muscular bodyten to move more quickly and acquire certain skill earlier than a short, stocky youngster. And as in other domain, parent and teachers probably provide more encouragement to child with biologicall based motor-skill advantages.” -Laura E. Berk-
Biarkan anak bergerak dan tumbuh sewajarnya sesuai tahap perkembangannya. Misalkan dengan cara memberikan kesempatan dan ruang gerak untuk anak dalam bermain. Bermain disini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar maupun halusnya dengan cara yang tidak mereka sadari. Contohnya pada anak usia 3-4 tahun yaitu bermain lumpur maupun pasir dapat bermanfaat untuk pekembangan motorik halus anak. Sedangkan berlari-lari, melompat, lempar tangkap bola dapat melatih motorik kasarnya. Untuk itu orangtua maupun guru harus lebih memperhatikan perkembangan motorik dasar anak baik secara biologis maupun jenis kelamin serta pemenuhan kebutuhan gizi yang cukup dalam membantu pertumbuhan anak sehingga anak mendapatkan stimulus yang tepat dalam mencapai keterampilan tertentu sejak dini.


Selasa, 25 Agustus 2015

BERMAIN PADA ANAK USIA DINI

Bermain merupakan kegiatan untuk mengeksplore diri berupa kegiatan yang menyenangkan dan menggembirakan. Bermain erat kaitannya dengan dunia anak yang mana dunia anak adalah bermain, jadi bermain merupakan kegiatan pokok dan penting untuk anak. Bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Dengan bermain, secara alami kreatifitas anak akan terasah. Kreatifitas sangat penting dikembangkan agar anak mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Apabila  kreatifitas anak sudah dikembangkan sejak dini, maka anak akan siap menghadapi masa depannya. Kreatifitas ini bersifat kekal apabila dari kecil atau dari usia dini anak sudah kreatif maka kreatifitas tersebut akan tetap ada hingga usia dewasa tergantung stimulus yang ia terima. Masa usia 0-6 tahun merupakan masa yang penting bagi anak karena pengalaman pertama seorang anak merupakan pengalaman paling penting dari seluruh hidupnya. Artinya, sejauh mana ia dapat berfungsi optimal, tergantung dari pengalaman yang diperolehnya selama anak usia 0-6 tahun.
Adapun 4 jenis main pada anak usia dini, yaitu:
1.    MAIN SENSORIMOTOR/ FUNGSIONAL
Permainan yang dilakukan oleh anak dengan memanfaatkan keterampilan seluruh panca inderanya. Perminan sensori motor ini bertujuan untuk memberikan rangsangan secara terus menerus menggunakan seluruh panca inderanya agar potensi anak dapat berkembang secara optimal.
2.    MAIN  PERAN
a.    Main peran makro
Permainan dengan anak sebagai tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran.
Contoh: memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan atau benteng.
b.    Main peran mikro
Permainan dengan menggunakan alat permainan berukuran kecil. Pada permaian mikro ini anak menggunakan imajinasinya dalam menjalankan alat permainan. Pada permainan ini anak memainkan peran melalui tokoh yang diwakili oleh benda-benda kecil.
Contoh :   Rumah boneka; perabotan dan ruang, Kereta api; rel, lokomotif dan gerbong-gerbongnya, Bandar udara; pesawat dan truk-truk, Kebun binatang; boneka-boneka binatang liar, Jalan-jalan kota; jalan, orang dan mobil

3.    MAIN PEMBANGUNAN
Permainan yang mengembangkan ide-ide abstrak menjadi karya dalam wujud yang konkrit. Permainan ini bertujuan untuk merangsang kemampuan anak mewujudkan pikiran, ide, dan gagasannya menjadi karya nyata. Ketika anak bermain pembangunan, anak terbantu mengembangkan keterampilam koordinasi motorik halus juga berkembangnya kognisi ke arah berpikir operasional, dan membangun keberhasilan sekolah di kemudian hari. Contoh bahan main berupa bahan bersifat cair dan pembagunan yang terstruktur, seperti balok unit, balok berongga, balok berwarna, logo, puzzle, cat, pulpen hingga pensil.

4.    MAIN DENGAN ATURAN
Dalam kegiatan bermain perlu diadakan kesepakatan aturan permainan sehingga permainan dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa mengganggu teman yang lain.
Perlu juga diperhatikan mengenai penataan bahan main yang harus mendukung perkembangan anak usia dini, antara lain sebagai berikut:
a.    Densitas Main
Berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk mendukung pengalaman anak yaitu:
1)    Keragaman bahan main
2)    Keragaman cara main
3)    Keragaman penggunaan
Setiap anak memiliki kesempatan bermain di tiga tempat main. Tiga kesempatan main tersebut bertujuan untuk:
1)     Menjaga anak tetap fokus pada program
2)     Memfasilitasi kebutuhan gerak anak
3)     Melatih anak menentukan kebutuhan sendiri
4)     Menyerap minat, perkembangan, dan enerji anak
5)     Menghindari masalah perilaku 

b.    Intensitas Main
Intensitas main pada anak usia dini meliputi penataan kegiatan main di dalam dan di luar ruangan. Kegiatan main di luar merupakan perluasan area main di dalam ruangan.
c.    Perkembangan Anak
Dalam bermain hendaknya alat permainan yang digunakan menggunakan APE (alat permaiann edukatif) yang menarik, aman dan mendukung perkembangan anak.
d.    Perilaku Sosial
Dalam kegiatan bermain, anak akan bertemu dengan banyak teman orang, baik orang dewasa, teman sebaya, guru orangtua maupun yang lain. Dalam kegiatan bermain ini, anak diberikan kesempatan untuk bersosialisasi. Meskipun dalam kegiatan bermain, anak kan sibuk sendiri dengan mainannya namun  ia harus tetap selalu menjadi bagian dari kelompok dalam pengawasan. Adanya interaksi anak dengan orang lain, akan membantu anak dalam beradaptasi dengan dunianya kelak. Adapun penataan tempat main yang harus mendukung perilaku sosial anak, yaitu:
1)     Main sendiri
2)     Main berdampingan
3)     Main bersama
4)     Main bekerjasama
Lingkungan untuk anak usia dini seharusnya direncanakan dengan memperhatikan pengelompokan dan penataan bahan main, penggunaan warna, penataan alat dan perabot, dan jumlah serta jenis bahan main yang dipilih. Selain itu bahan-bahan main seharusnya ditata dalam rak dan wadah yang diberi nama dengan kata dan gambar. Bila lingkungan ditata dengan baik, anak dapat menata kembali, dengan mengelompokkan dan mencocokkan bahan-bahan main pada tempatnya yang tepat. Hal ini  merupakan bagian utama dari pengalaman belajar.

EMPAT TAHAP UNTUK PIJAKAN PENGALAMAN MAIN YANG BERMUTU
CCCRT (1999)
1.    Pijakan Lingkungan Main
a.     Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang   cukup (tiga tempat main untuk setiap anak)
b.     Merencanakan untuk intensitas dan densitas pengalaman
c.      Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis main yaitu sensorimotor, pembangunan dan main peran.
d.     Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan
e.     Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif
2.    Pijakan Pengalaman Sebelum Main
a.    Membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau mengundang nara sumber.
b.    Menggabungkan kosakata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung standar kinerja.
c.    Memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan.
d.    Mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengalaman main.
e.    Menjelaskan rangkaian waktu main.
f.     Mengelola anak untuk keberhasilan hubungan sosial.
g.    Merancang dan menerapkan urutan transisi main
3.    Pijakan Pengalaman Main   Setiap Anak
a.    Memberikan anak waktu untuk mengelola dan meneliti  pengalaman main mereka.
b.    Mencontohkan komunikasi yang tepat
c.    Memperkuat dan memperluas bahasa anak
d.    Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan   hubungan teman sebaya
e.    Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak
4.    Pijakan Pengalaman Setelah Main
a.    Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya.

b.    Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar positif melalui pengelompokan, urutan, dan penataan lingkungan main secara tepat.